Merawat bayi yang baru lahir dapat menjadi tantangan tersendiri bagi Milk Lovers. Selain harus mampu beradaptasi dengan sang buah hati yang masih sangat tergantung pada Milk Lovers, ada beberapa faktor lain yang membuat proses mengasuh begitu mengesankan. Salah satunya adalah latar belakang budaya dari masing-masing keluarga.

Nah, setiap negara ternyata mempunyai pola asuh yang beragam, Milk Lovers. Meski demikian, tujuan dari setiap metode tetaplah sama, yaitu untuk memberikan kebaikan, kesehatan, serta keseimbangan bagi bayi yang baru datang ke dunia. Di bawah ini ada cara merawat dari tiga negara yang tidak biasa dan tergolong sangat unik.

Waktu Bebas bagi Orangtua di Denmark

Di Denmark, kereta bayi dilarang masuk ke dalam kafe. Namun, ada alasan bagus terkait dengan aturan ini, Milk Lovers. Para orangtua yang membutuhkan waktu bersantai biasanya akan menjumpai teman-teman mereka di kafe sembari melepas penat. Karena tidak diizinkan masuk, kereta dan bayi pun ditaruh di luar kafe! Nyatanya, praktik ini didukung penuh oleh Dewan Kesehatan Nasional Denmark. Sebab, berdasarkan sebuah studi, bayi yang di ruang terbuka bisa tidur siang lebih nyenyak, makan jauh lebih lahap, hingga mempunyai kemampuan motorik yang relatif lebih baik.

Orangtua di Swedia Meniup Bokong Bayi yang Rewel

Apa yang akan Milk Lovers lakukan kalau sang buah hati rewel? Mungkin akan menggendong atau memberinya ASI, bukan? Namun, penanganan yang dilakukan orangtua di Swedia tergolong unik atau malah nyeleneh. Ketika bayi rewel, para ibu akan segera meniup serta menepuk bokong bayi mereka kuat-kuat dalam gerakan yang berima sampai sang anak tidur. Terdengar tidak biasa, bukan? Meski demikian, metode tersebut masih dilakukan bahkan dipercaya mampu memberikan rasa relaks serta nyaman bagi para bayi di Swedia.

Mandiri Sejak Kecil untuk Anak-anak di Jepang

Jepang dikenal dengan kedisplinannya yang amat tinggi. Bahkan kebiasaan mandiri pun sudah dapat Milk Lovers lihat dari anak-anak di negeri Sakura. Sejak usia lima tahun, anak-anak di negara tersebut sudah mampu antre dan berbaris saat hendak bepergian dengan bus atau kereta. Jika dalam usia sedini tadi mereka sudah mampu mandiri, berarti orangtua mereka mendidiknya sebelum mencapai usia lima tahun, bukan? Alasannya pun sangat masuk akal, yakni membiasakan anak-anak untuk mampu hidup sendiri sampai mereka dewasa kelak.