Apakah Milk Lovers merasa kembung setelah mengonsumsi segelas susu? Atau malah mengalami efek lain seperti kram perut, ruam, dan muntah-muntah? Sering kali orang mengira kalau mereka memiliki alergi susu karena tidak cocok mengonsumsi produk hasil olahan susu. Padahal, tidak cocok tidak serta-merta berarti alergi, karena ada kondisi yang disebut sebagai intoleransi laktosa.

Berdasarkan penjelasan dari ahli gastroenterologi Amy E. Barto, MD dari Klinik Lahey di Burlington, AS, alergi susu dan intoleransi laktosa adalah dua hal yang berbeda. Lebih lanjut lagi, alergi susu biasa dialami sejak seseorang masih bayi. Sementara itu, intoleransi laktosa adalah kondisi yang berkembang dari waktu ke waktu, sehingga bisa dialami kapan saja. Penyebab intoleransi laktosa sendiri bisa jadi faktor genetik atau adanya kerusakan pada usus kecil yang diakibatkan infeksi bakteri atau virus.

Perbedaan antara Alergi Susu dan Intoleransi Laktosa

Pada dasarnya, alergi susu merupakan salah satu bentuk alergi makanan yang dipicu oleh reaksi tubuh terhadap protein yang terkandung di dalam susu. Karena itu, tubuh akan menunjukkan reaksi seolah-olah protein merupakan zat berbahaya. Akibatnya, tubuh jadi berusaha melawannya. Akibatnya, gejala alergi pun timbul. Reaksi alergi yang muncul bisa berupa reaksi ringan seperti ruam, bahkan hingga reaksi yang parah seperti sulit bernapas dan hilang kesadaran.

Kemudian, intoleransi laktosa diakibatkan oleh ketidakmampuan tubuh dalam memproduksi enzim lactase. Enzim tersebut dibutuhkan dalam proses untuk memecah laktosa, alias gula yang terdapat di dalam susu maupun produk olahan susu lainnya. Akibatnya, laktosa susu yang semestinya dicerna dengan normal di dalam perut dan usus kecil tidak mampu dicerna. Laktosa susu pun langsung bergerak ke usus besar.

Hal tersebut biasanya mengakibatkan sensasi kembung di dalam perut yang terasa tidak nyaman. Hanya saja, walaupun terdengar sepele, sebenarnya kasus intoleransi laktosa ini berbahaya lho Milk Lovers!

Dilansir dari WebMD, alergi susu merupakan salah satu jenis alergi yang paling banyak dialami, terutama di kalangan anak. Berdasarkan data, 2 dari 100 anak berusia di bawah 4 tahun memiliki alergi susu. Kasus ini juga paling banyak ditemukan pada bayi. Alergi susu bisa jadi sembuh begitu anak atau bayi yang memilikinya sudah menginjak usia 5 tahun, tapi bisa juga mereka terus memiliki kondisi ini sampai dewasa.

Sementara itu, intoleransi laktosa merupakan kondisi yang paling umum dialami oleh orang dewasa. Barto kembali menambahkan bahwa 80 sampai 90 persen orang Afrika-America menderita intoleransi laktosa, dan kondisi ini juga sangat umum terjadi pada orang Asia. Ia juga mengingatkan bahwa intoleransi laktosa akan meningkat seiring dengan pertambahan usia, sehingga umum dialami oleh para lansia.

Gejala Alergi Susu

Tanda-tanda alergi susu yang paling umum terjadi meliputi:

  • Rasa kesemutan atau gatal di sekitar mulut atau bibir.
  • Bibir, lidah, atau tenggorokan yang membengkak.
  • Batuk-batuk dan sesak napas.
  • Hidung berair.
  • Kram perut.
  • Mata berair.
  • Diare (dalam kondisi yang parah bahkan bisa mengeluarkan darah).
  • Kolik (pada bayi).

Masing-masing penderita akan mengalami gejala yang berbeda dengan tingkat keparahan yang berbeda juga. Tanda-tanda alergi susu pun bisa jadi dialami langsung setelah mengonsumsi susu, atau beberapa jam sesudahnya.

Bagi beberapa penderita, alergi susu yang dimiliki dapat mengakibatkan anfilaksis, yaitu reaksi yang mengancam nyawanya. Sebab, anafilaksis dapat mempersempit saluran udara sehingga pernapasan pun terhambat, dan penderitanya dapat kesulitan bernapas.

Tanda-Tanda Intoleransi Laktosa

Sekilas, alergi susu dan intoleransi laktosa punya gejala yang nyaris serupa. Karenanya, tak heran kalau ada banyak orang yang tidak bisa membedakan keduanya. Meski demikian, berikut adalah tanda-tanda intoleransi laktosa yang umum dialami:

  • Sakit perut.
  • Perut terasa kembung atau bergas.

Gejala intoleransi laktosa dapat dirasakan dalam waktu 30 menit sampai 2 jam setelah penderitanya mengonsumsi susu maupun produk yang mengandung susu. Biasanya, gejala intoleransi laktosa tidak menunjukkan tanda-tanda yang separah gejala alergi susu.

Mengatasi Alergi Susu dan Intoleransi Laktosa

Barto menjelaskan bahwa terkadang dokter bahkan tidak bisa membedakan alergi susu dan intoleransi laktosa. Karenanya, dokter biasanya akan menganjurkan Milk Lovers untuk menghindari konsumsi produk susu untuk sementara waktu, lalu perlahan konsumsi lagi dan buat buku harian atau catatan makanan yang berisi jenis produk yang dikonsumsi dan reaksi yang dirasakan. Di samping itu, ada tes laboratorium yang biasanya dibutuhkan dalam membantu dokter membuat diagnosis.

Dalam mengatasi alergi susu dan intoleransi laktosa, ada perbedaan kecil yang perlu diperhatikan. Secara garis besar, intoleransi laktosa merupakan kondisi yang lebih mudah untuk ditangani, yaitu dengan membatasi atau mengurangi jumlah produk yang memiliki kandungan susu. Sementara itu, jika ternyata Milk Lovers memiliki alergi susu, Milk Lovers harus sepenuhnya menghindari semua produk makanan maupun minuman yang mengandung produk susu.